Kamis, 11 Mei 2017

Kesejukan pagi

Dipagi buta,...
Kesejukan terhembus merasuk ke dalam tubuh 
dan membawa kelegaan lewat sebuah senyuman,
Bilik bilik jendela beradu bunyi nyanyian oleh goyangan kesejukan angin pagi.

Disana aku berdiri masih terkagum dengan tumpukan jerami yang mulai berayun terhembus angin. 
Berayun kesana kemari...
Begitu juga dengan senyum kecil ini, mengandung muatan rindu yang mampu menerbangkan angan angan tentang kamu.
Bagaimanapun pagi akan digantikan siang
Aku akan selalu merindukan kesejukan pagi esok hari.

Minggu, 12 Februari 2017

Suara puisi

Pagi ini...
Mengejar segala kerumitan hati, 
mengikuti haluanku yang selalu hidup
Yang selalu saja mencari dan terus mencari keganjalan ini. 

Pagi ini...
adalah berbagai kumpulan isyarat! 
Dimana rotasi telah menemukan puncaknya

Pagi ini telah menyimpan suara-suara yang menghibur.
Suara yang terkubur kini mulai timbul
Suara puisi yang membias indah dalam
 "Tarian kenangan"

Moment pertama

Diantara jalan setapak dikala malam,
Kita melepas genggaman tanpa rela...
Naluriku berbisik kau masih memandangku saat langkah mulai menapak jauh

Malam telah sepi sunyi
Dan angin berhembus menghantarkan rindu yang mulai menyeru

Rasanya seperti tak sabar ingin menyaksikan kebenaran naluri ini
Hingga aku memandangmu masih kokoh sampai batas pandang kita terpisahkan gelap malam

Secangkir kopi manis


Diantara sekat-sekat lorong aku melihatmu menungguku, kemudian aku mulai malu...
Aku mulai menapaki jalanku lebih mendekat kepadamu, lalu kau tersenyum...

Akupun saat itu mulai salah tingkah dengan segala keluguan hati yang mulai membuat pipiku memanas.
Ini adalah pertama kali kau menjumpaiku, dan aku pertama kali menjumpaimu.

Aku sangat paham jika kau saat itu mengenaliku lewat bahasa diam, dan itulah diriku.
Dibalik itu mungkin kamu belum tahu jika aku awam dalam hal bahagia, tapi kamu benar-benar bisa mengcover aku.

Kamu sangat paham bagaimana membuatku tertawa, mellow, bahkan membuatku uring-uringan
Dan saat bertemu lagi kau masih mengenalku sebagai bahasa diam.
Aku tak pandai bicara tapi aku punya perasaan yang dalam, dan hanya bisa diluapkan dalam puisi yang kian hari bertambah memenuhi dearyku

Ya Allah... Perasaan macam apa yang memeluku saat ini?
Tanpa sadar aku mulai uring-uringan lagi, suaramu mengiang-ngiang dipikiranku lewat pujian yang sering kau ucapkan, lewat filosofi yang sering kau ceritakan, imajinasi konyol yang sering kau berikan, lewat senyum manis yang membuatku seketika kikuk.

Seneng, salting, dan geer yang aku rasain, tapi seperti biasa aku nampak hanya diam dihadapanmu.

Malam itu aku menyapamu lebih dulu, hanya sedikit berharap kau masih mengingatku sebagai aku yang dulu.
Seperti biasa kau tau bagaimana membuatku semakin gaduh!
entah apa kau masih menjumpaiku dalam diam kala itu?

Secangkir kopi manis, selalu mengingatkanku tentang sebuah filosofi anonimous,
"Jika diibaratkan kopi adalah kehidupanku, maka rasanya hanya pait dilidah. Tapi ketika kita tambahkan sesendok gula akan ada sedikit rasa yang lebih kau sukai. Aku bisa menambah dua sendok untuk menyempurnakan rasa nikmat secangkir kopi manis. Secangkir kopi manis ibarat kehidupanku, tiga sendok gula adalah cinta dalam hidupku"

Cinta membuat hidup kita menjadi lebih manis, mencintai Allah sebagai Tuhanku, mencintai keluarga sebagai bagian kewajibanku dan mencintai secangkir kopi manis yang membuat hidupku lebih sempurna.

Beginilah aku mencintaimu dan menyayangimu, dengan caraku sendiri.
Jangan pernah bosan dengan sikapku,